Sabtu, 22 November 2014

Hanya Kicaumania Sejati yang Berani Taklukkan Branjangan

Mirafra Javanica
JAKARTA (KM) - Kelas Branjangan (Mirafra Javanica) di ajang lomba burung berkicau di Indonesia, khususnya di kawasan Jabodetabek akhir-akhir ini kembali semarak,. Dampaknya, di pasar burung-pasar burung makin mudah menemui burung ini.

Kicaumania yang ingin atau sudah memelihara Branjangan, rata-rata terkesima dengan kicauan Branjangan yang sangat bervariasi, volume keras, suara kristal, dan gaya hoovering (terbang vertical sambil berkicau) yang khas.

Merawat Branjangan sangat simple alias tidak ribet dan cocok buat para kicaumania yang sibuk. Cukup kasih kenari seed dan EF secukupnya,” ujar Martinus, pemilik Branjangan Fortune.

Untuk diketahui, saat ini yang beredar di pasaran ada dua jenis Branjangan berdasarkan habitatnya, yaitu dari Jawa dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Entah karena sudah semakin jarang atau punah, Branjangan Jawa makin sulit didapatkan di pasar-pasar burung dibandingkan Branjangan NTB.

Tak heran jika harga Branjangan Jawa sangat mahal jika dibanding dengan Branjangan NTB yang relatif jauh lebih murah. Ada yang beranggapan, Branjangan Jawa lebih bagus daripada Branjangan NTB baik dari sisi fisik dan suaranya. Namun bagi sebagian Branjangan mania, apapun jenisnya, tidak perlu dipersoalkan. Karena tidak ada perbedaan signifikan antara kualitas branjangan dari Jawa dan NTB.

Harga Branjangan bakalan bervariasi mulai dari Rp50 ribu hingga di atas Rp1 juta. Secara umum, harga anakan yang jinak karena diambil sejak lolohan akan lebih mahal dibanding dengan yang ditangkap di alam yang sudah dewasa.

Sebagian besar Branjangan mania lebih senang memelihara yang jinak karena lebih cepat beradaptasi dan berkicau serta tidak takut dengan keberadaan manusia. Sebagian lagi lebih senang memelihara yang sudah dewasa di alam karena yakin sudah memiliki dasar lagu yang diperoleh dari habitatnya serta memiliki volume yang lebih keras.

Sebenarnya, untuk memelihara Branjangan dibutuhkan ekstra kesabaran yang sangat besar karena sifat-sifat liarnya yang tidak mudah ditaklukan. Untuk membuat Branjangan bakalan menjadi gacor, dibutuhkan waktu yang sangat lama, bahkan tahunan.

“Kesulitan utamanya adalah bila merawat Branjangan bahan atau obyokan. Karena untuk dapat mendengar Branjangan ngeriwik saja membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun apalagi buat Branjangannya gacor, njambul dan ngeleper hingga hovering.  Jadi sangat membutuhkan kesabaran,” ungkap Martinus.

Sebab, untuk membuat Branjangan ngeplong atau gacor, diperlukan waktu yang sama dengan dua kali masa mabung atau berumur di atas 1,5 tahun tergantung kondisi mental burung. Tidak sedikit orang yang merawat Branjangan tahunan hasilnya hanya ngeriwik saja dan berjambul hanya jika dijemur, bukan jambul paten.

Tak heran, jika seseorang yang berhasil membuat Branjangan menjadi mapan layak dijuluki kicaumania sejati. Karena untuk membuat Branjangan mapan, tidak semudah dibandingkan burung-burung lainnya yang dilombakan.

Mirafra Javanica
Butuh Mental Baja untuk Menjinakan

Branjangan yang masih bakalan, biasanya masih liar atau giras. Karena karakter itu dibutuhkan Branjangan di alam bebas yang biasa di persawahan atau perkarangan. Memelihata Branjangan yang masih sangat giras di dalam sangkar, sangat rawan mati, karena sifat girasnya itu yang sering menyebabkan bulu rusak dan luka serius di bagian kepala. Branjangan dipastikan akan sangat panic dan terus berusaha kabur karena belum terbiasa berdekatan dengan manusia.

Karena itu, mau tidak mau, suka tidak suka, Branjangan bakalan harus dijinakkan terlebih dahulu sebelum kita mengharapkan mendengar kicauannya. Setidaknya, Branjangan minimal jinak lalat dan tidak takut lagi melihat manusia agar terhindar dari luka tersebut.

“Proses penjinakan branjangan bakalan yang masih muda relatif lebih mudah daripada burung branjangan bakalan yang sudah dewasa atau sudah berumur,” ujar Ardi RL, pemilik Branjangan Mio.

Merangkum dari pengalaman beberapa Branjangan mania, tips ini bisa Anda terapkan saat memutuskan inging merasakan tantangan merawat Branjangan yang masih bakalan:

Agar peluang jinak lebih besar, Branjangan sebaiknya tidak ditempatkan di dalam sangkar panjang yang biasa untuk Branjangan. Idealnya, menggunakan yang lebih pendek seperti sangkar lark atau pailing, atau apapun yang masih memungkinkan menaruh pasir di dasar sangkar.

Untuk pakan jangan disediakan (stok) terlalu banyak, karena menghambat proses keterbiasaan berinteraksi dengan manusia. Sebaiknya, pelan-pelan diajarkan makan extra fooding (EF) dari tangan manusia.

Untuk memperbesar peluang Branjangan bersedia memakan/mengambil makanan dari tangan manusia, usahakan Branjangan tidak selalu dalam keadaan kekenyangan. Karena jika Branjangan merasa lapar, dia akan dengan terpaksa mengambil makanan dari tangan manusia.

Pakan yang baik selama proses penjinakan Branjangan adalah EF seperti jangkrik dan belalang hijau, yang langsung diberikan dari tangan kita. Dengan begitu Branjangan akan makin terbiasa dengan pelayanan perawatnya.

Penempatan gantangan juga turut mempercepat proses penjinakan Branjangan. Khusus Branjangan yang masih giras, sebaiknya gantang di tempat yang ada keramaian atau yang biasa ada manusia lalu lalang.

Misalnya di dalam rumah, sangkar bisa ditaruh di tempat ramai dengan aktivitas keluarga, seperti ruang keluarga, atau dapur yang lebih banyak ada kegiatan manusia, sehingga burung terbiasa dengan aktivitas manusia di sekitarnya. Jika saat proses itu dilakukan reaksi Branjangan sangat panik dan nabrak-nabrak ruji, sebaiknya sebagian sisi sangkar ditutup, hanya bagian depan saja yang terbuka.

Proses mandi terkadang menjadi cara yang ampuh untuk menjinakan Branjangan. Beberapa Branjangan mania menerapkan mandi dengan cara dipegang sambil dimandikan. Dengan makin sering merasakan sentuhan tangan manusia, Branjangan diharapkan makin terbiasa dan menyadari bahwa sentuhan manusia tersebut tidak bertujuan untuk menyakiti.

Setelah beberapa waktu setelah menjalani proses itu, dan Branjangan sudah mulai terlihat jinak, bisa dipindahkan ke sangkar yang dikhususkan untuk branjangan.

“Usahakan Sering menempelnya dengan jenis burung lain yang berukuran kecil, namun suaranya ramai agar Branjangan cepat terpancing untuk bunyi,” ujar Ardi RL.

Mirafra Javanica
Kesabaran Tingkat Tinggi untuk Menggacorkan

Diakui atau tidak, Branjangan merupakan burung yang paling sulit bunyi jika dipelihara. Sejumlah kicaumania mengakui sering membuat sering merasa trauma dalam merawat Branjangan, dan tidak sedikit yang memutuskan tidak akan memeliharanya lagi karena alas an lama sekali berbunyi.

Padahal, sama halnya burung berkicau lainnya, banyak faktor yang menentukan apakah burung akan bersuara atau akan tetap ngeriwik atau malah diam saja. Semua tergantung kemauan si perawat mau memahami karakter Branjangan atau tidak.

Sama halnya burung-burung lainnya, Branjangan akan cepat bunyi jika kondisinya dan waktunya tepat. Branjangan mau bunyi jika lokasi penggantangan, pakan, dan faktor yang menyebabkan stres pada burung hilang.

Mantan Ketua www.kicaumania.or.id (KM) Yogi Prayogi (CJ) tidak segan-segan membeberkan rahasianya di forum KM untuk membuat burung Branjangan cepat bunyi. Menurutnya, Selama ini terdapat persepsi keliru bahwa memelihara burung Branjangan memerlukan waktu yang sangat lama agar mau berbunyi, terutama  burung-burung bahan.

“Anggapan ini tidak benar, sebab juga sangat tergantung dari jenis kelamin (jantan), perawatan, dan pemberian pakan secara tepat,” ujarnya meyakinkan.

Yogi menjelaskan, ada beberapa faktor yang menentukan Branjangan lebih cepat bunyi. Di antaranya pemberian pakan utama sehari-hari, pemberian EF, aktivitas mandi secara  teratur, dan pola penjemuran yang teratur.

Pakan utama untuk Branjangan adalah biji-bijian seperti canary seed, millet, dan gabah-gabahan. Adapun komposisi yang tepat, menurut Yogi yakni canary seed 60%, millet 30%, gabah merah 10%. Sementara untuk EF bisa diberikan jangkrik, kroto dan sebagainya.

Yogi mengatakan, salah satu faktor penentu agar Branjangan mau berbunyi adalah rutin memberikan EF. “Pemberian EF inilah yang sangat menentukan apakah Branjangan akan menjadi gacor atau malah makin liar,” ujarnya.

Yogi menyarankan agar diperhatikan pola makannya, atau urutan pakan yang diberikan kepada Branjangan. Misalnya, dimulai dari jangkrik, kroto, lalu ulat hongkong atau sebaliknya, dimulai dari kroto, jangkrik, kemudian ulat hongkong,

“Silakan Anda berkreasi dan lihat hasilnya. Jika terjadi perubahan, misalnya burung makin gacor dan rajin berbunyi, maka itulah yang harus diterapkan setiap hari dalam rawatan hariannya,” tambahnya.

Bagi burung, mandi menjadi salah satu kebutuhan utama saat di alam bebas. Terbukti burung selalu mencari sumber air untuk membasahi tubuhnya. Mandi merupakan salah satu bagian dari preening, aktivitas yang selalu dilakukan burung.

Preening dapat  diartikan sebagai aktivitas bersolek bagi burung yaitu membersihkan bulu, merapikan bulu, meminyaki bulu-bulunya. Hanya dengan bulu yang bersih dan rapi, burung merasa percaya diri, terutama di depan burung betina.

“Dengan bulu yang bersih dan rapi pula, burung akan rajin berkicau. Ini adalah naluri atau insting, sebagai pegangan bagi para pemelihara burung di mana pun, dan berlaku untuk sebagian besar burung kicauan maupun non-kicauan. Bahkan, perilaku preening pun bisa Anda lihat pada ayam dan itik,” jelasnya.

Yogi menambahkan, Branjangan biasanya tidak mau mandi di tempat yang disediakan khusus. Sehingga, aktivitas mandi bisa dilakukan dengan cara disemprot menggunakan sprayer dan dilakukan minimal 2-3 kali dalam seminggu.

Proses penjemuran juga penting untuk memicu Branjangan cepat berbunyi. Di habitatnya, Branjangan hidup di tempat terbuka, yang setiap hari selalu terkena panas dan terik matahari.

“Meski demikian, tidak berarti burung harus terus-menerus dijemur di tempat panas, terutama jika sinar matahari sedang terik-teriknya. Untuk itu, kita perlu mengamati waktu penjemuran,” ujarnya.

Yogi memaparkan, jika Branjangan terlihat membuka mulut, berarti burung sedang menetralisasi hawa panas di dalam tubuhnya. Ini harus segera diakhiri, dengan cara memindah burung ke lokasi teduh.

“Jangan sampai menunggu burung terkena heat stress atau heat stroke yang bisa memicu kematian pada burung,” paparnya.

 
Mirafra Javanica
Mengenali Branjangan dari Habitatnya

Branjangan adalah burung petengger (passerin) di atas batu yang berasal dari benua Asia dan Afrika. Di Indonesia Branjangan mudah berkembang di daerah Jawa, Irian Jaya, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara dan Bali.

Ciri-ciri Branjangan berdasar daerah asal bisa diketahui dari berbagai aspek. Karena Branjangan baik yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Barat, NTB, dan Sumbawa memiliki cirri-ciri tersendiri.

Branjangan asal Jawa Tengah (Petanahan dan Kali Ori) dan Jogja (Wates) memiliki ciri-ciri yang disukai penggemar Branjangan. Antara lain adalah mental yang baik, body yang besar dan volume suara yang keras dan variasi suara yang beragam, serta corak batik atau warna yang menarik, kemerahan atau kekuningan dengan ukuran tubuh mencapai 12-14 cm.

Sementara Branjangan asal Jawa Barat (Sapan) terkenal dengan suaranya yang nyaring melengking dan kristal, serta jambulnya juga menjadi ciri khas. Branjangan dari daerah Sapan jika dilihat dari fisiknya tidak terlalu besar hanya seukuran 12-13 cm.

Pola batik burung dari daerah Sapan cenderung berpola lebih gelap dengan corak batik yang berwarna hitam hampir serupa dengan branjangan yang berasal dari daerah NTB dan Sumbawa.

Branjangan dari Sri Kayangan, Kulonprogo (Wates) berdaya tarik tinggi karena ciri fisik yang lebih besar dan memiliki warna dan pola batik yang lebih menarik. Sedangkan branjangan dari Nusa Tenggara mempunyai corak warna bulu yang lebih pekat. Ukuran tubuhnya juga tidak sebesar jenis branjangan dari daerah lain, seukuran 10-12 cm.

Namun jika mendapat branjangan habitat tertentu sulit didapatkan, Branjangan mania bisa cukup memakai patokan khusus dalam memilih Branjangan. Yaitu bentuk fisiknya atletis, ekor dan badan panjang, mata tajam menunjukkan petarung, bulu lembut seperti sutra sedangkan paruhnya bagai burung gelatik tapi agak bengkok sedikit ke bawah.

2 komentar:

  1. sy sdh mwnyerah pelihara branjangan muda hutan, selalu luka berdarah" jika sy dekat dengan sangkar, krn BR msh giras,
    sulit sekali untuk menjinakannya.
    2 kali sy pelihara muda hutan, BR giras sekali, sy jd ikut stres.
    Adakah yg memiliki BR trotolan, atau piyik yg msh di loloh, sy berminat, tolong hubungi no hp 089697518999

    BalasHapus